AKARMERDEKA, SEMARANG – Piala Dunia FIFA 2026 di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat mungkin akan jadi turnamen pertama yang digelar di tiga negara, tapi juga bisa tercatat sebagai Piala Dunia paling politis.
Bukan karena kualitas bola, melainkan karena darah dan bom yang masih berjatuhan di Gaza.
Spanyol, yang baru saja menjuarai Euro, kini mengancam mundur kalau Israel lolos dan tetap diizinkan tampil.
Di atas kertas, Israel masih berpeluang lolos ke Piala Dunia —mereka masih bertarung di posisi ketiga grup.
Tapi di luar lapangan, citra mereka sedang babak belur.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, menyebut Israel tak layak ikut kompetisi internasional.
Menurutnya, tidak masuk akal FIFA bisa melarang Rusia karena Ukraina, tapi pura-pura tuli soal Gaza.
“Israel tak bisa menggunakan panggung olahraga untuk mencuci darah dari citranya,” kata Sánchez.
Parlemen Spanyol juga seirama. Juru bicara Partai Sosialis, Patxi López, bahkan membuka opsi boikot penuh.
Bagi FIFA, ancaman Spanyol ini bukan sekadar kehilangan tim favorit, melainkan tamparan telak.
Jika Spanyol serius, efek domino bisa terjadi. Negara-negara lain yang muak dengan agresi Israel bisa ikut mengangkat bendera boikot.
Situasi ini mirip dengan Indonesia yang gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023 karena banyak politikus PDIP yang saat itu menolak kehadiran Israel.
Situasini ini menarik perhatian pegiat media sosial (medsos) Chusnul Chotimah.
Melalui akun X miliknya, @ch_chotimah2, ia mencuit: “Tidak pernah menyesal berpihak pada konstitusi dan kemanusiaan.” Cuitan itu disertai dengan foto Ganjar dan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez.
Sontak unggahan ini mendapat beragam reaksi dari netizen.
Akun @Dedy44169434 menulis: “Orang indons munafik, saat Ganjar tolak israel, malah dibully. Sekarang mereka membebek ke Ganjar.”
Sementara akun @toejoelima berkomentar: “nyesel kan kalian sekarang… udah bener pak Ganjar melarang Israel..bahkan sebelum Genocide.” (*)